BJN News, Bengkulu – Ada enam nasihat yang disampaikan Imam al Ghazali, Al Hujjatul Islam, saat berkumpul dengan sejumlah muridnya. Mengenai sesuatu yang jauh, yang dekat, yang paling berat, yang paling ringan dan sebagainya.
Ke enam nasihat itu Imam Al Ghazali sampaikan, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?” kata Imam Al Ghazali pada muridnya. Muridnya menjawab,”orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya”.
Lantas Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Namun, yang paling dekat dengan kita adalah mati.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayaka (Ali Imran 185)
Kematian adalah sesuatu yang tiada seorang pun tahu kapan ia akan datang. Karena itu manusia harus selalu bersiap diri menghadapinya. Terkadang ia jauh terasa, padahal ia dekat dalam kenyataannya. Janganlah kita lengah dalam memahami hal ini, jangan sekali-kali merasa diri jauh dari mati, karena itu membuat kita besar hati. Justru kerahasiaannya harus kita maknai bahwa mati bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa adanya peringatan dari-Nya. Demikian pesan Al-Ghazali kepada murid-muridnya.
Imam Ghozali kemudian meneruskan pertanyaan, “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Murid -muridnya menjawab “Negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang”.
Imam Ghozali kemudian menjelaskan bahwa semua jawaban tersebut benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu.
Walau dengan apapun kita tidak akan dapat kembali ke masa lalu. Sebab itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.
Mengacu sebuah hadits yang menganjurkan kehidupan kita hari ini harus jauh lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dan jika dipikir lebih dalam, yang perlu diperhatikan adalah waktu. Waktu tidak akan datang berulang kedua kali, sekali kita bertindak kesalahan kita tidak akan bisa merevisinya lagi. Kita hanya bisa bertobat dan berharap pengampunan. Pepatah bilang waktu adalah sesuatu yang berharga. Emas, harta bisa dicari tapi waktu yang berlalu tak mungkin bisa kembali.
Mati dan waktu adalah dua rahasia yang di genggaman-Nya. Sebagai hamba kita hanya bisa berharap dan berdo’a semoga Allah SWT memberikan anugrah kepada kita untuk mampu memanfaatkan waktu guna mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Imam Ghozali lantas meneruskan pertanyaan yang ketiga…. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya kemudian menjawab, “gunung, bumi dan matahari”.
Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar sesungguhnya di dunia ini adalah nafsu.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7:179) (Al A’Raf 179).
Nafsu adalah hal penentu pada diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki? Kendalikanlah nafsumu, ingin celaka selamanya? Turuti nafsumu. Pengendalian nafsu adalah kunci hidup ini. Itulah pesan tersembunyi al-Ghazali bahwa nafsu adalah hal besar, yang paling menentukan.
Al-Ghazali lalu meneruskan pada Pertanyaan keempat. “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab, “besi dan gajah”. Semua jawaban adalah benar, jelas Imam Ghozali, namun yang paling berat adalah memegang amanah.
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. 33:72) (Al Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk neraka karena tak dapat memegang amanah.
Pertanyaan Al-Ghazali yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini? Murid-muridnya kemudian Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”. Semua jawaban itu benar ungkap Imam Ghozali, tetapi yang paling ringan di dunia adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara hal hal sepele kita meninggalkan sholat.Kita harus ingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditanyakan Allah kepada manusia. Dan sholat merupakan kewajiban terpenting di dunia ini. Anehnya, meski demikian sholat adalah hal termudah yang dilewatkan oleh orang-orang muslim? Ringan sekali untuk melewatinya.
Dan pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”. Benar kata Imam Ghozali, tapi sungguh yang paling tajam adalah lidah manusia. Karena melalui lidah, manusia dapat menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Wallahua’lam bissowab. (dinukil Unissula, H Ghoffar Sidiq, M.Ag, Dosen Fak. Agama Islam Unissula).