BengkuluJayaNews.com – Petani sawah tadah hujan di desa Srikuncoro Bengkulu Tengah kesulitan mendapatkan air sejak dua bulan terakhir akibat kemarau berkepanjangan. Petani terpaksa membiarkan sawah, sebagian lain menanam dengan palawija.
“Kondisinya kayak gini gak bisa nanam lagi kan, mau gimana lagi. Gimana mau nanam, airnya air tadah hujan. Irigasi sekitar sini juga rusak, yang ada jauh di sana juga harus nunggu hujan dari langit khan. Kalau gak ada air ya nganggur kayak gini,” ucap Syarifah, petani di desa Srikuncoro, Sabtu (7/9).
Syarifah menjelaskan bila di areal sawah miliknya tidak bisa ditanam palawija lantaran sulit mendapatkan air, berbeda dengan areal di titik tertentu. Syarifah juga mengungkapkan bila petani saat ini tidak berpikir untuk mengganti dengan tanaman kelapa sawit dikarenakan telah disanksi tidak mendapatkan pupuk dan bibit padi bila bersikeras menanam kelapa sawit.
“Sekitar daerah desa ini tidak diboleh ditanam bibit (kelapa sawit) katanya nanti tidak bisa dapat bantuan pupuk dan bibit padi. Jadi gak ada orang yang nanam (kelapa) sawit. (kelapa) sawit yang ada aja banyak dibongkar. Itu dulu (kelapa) sawit semua tapi dibongkar,” tambahnya.
Syarifah menjelaskan bila kemarau sudah terjadi dua tahun, yang biasanya hanya berlaku 1 tahun.